Pertemuan Terlarang
Berkali-kali Tika memperhatikan Hp yang
digenggamnyanya, sambil kembali menekan icon yang bergambar gagang
telpon di Hpnya, bibirnya bergumam “Ayolah
ayah...angkat telponnya,” dia
mendekatkan hpnya di telinga, nada dering telpon terdengar kembali,
namun tetap sia-sia, hanya
suara operator yang memberitahukan bahwa telepon yang dituju tidak menjawab.
Setengah putus asa Tika menjauhkan hp dari telinganya, pikirannya tak menentu, terbayang
ayahnya yang tinggal seorang diri di kampung halaman. Keriput kulit jari tangan
dan kakinya, tubuh yang renta berjalan dengan langkah kaki kaku agak terseret.
“Kalau saja aku kemarin pulang dulu, sebelum ada larangan pulang mudik untuk
ASN, tentu lain lagi masalahnya,” ucap Tika dalam sesalnya.
Semenjak diterapkan work from home
oleh pemerintah, Tika bermaksud menemui ayahnya yang tinggal dikampung halaman.
Ini adalah kesempatan yang tidak akan disia-siakan, dia bisa bekerja dari rumah
dengan tetap bersama ayahnya. Niat untuk segera pulang dia urungkan. Kalau
dalam waktu 14 hari tidak terjadi apa-apa dengan dirinya artinya dia tidak
membahayakan kondisi ayahnya nanti. Namun selama dalam penantian itu ternyata
pemerintah mengeluarkan kebijakan lain, hapuslah harapan Tika untuk
bertemu. Semenjak ditinggal ibunya tiga
bulan yang lalu ayahnya hanya seorang diri, bukan dia tega, sebagai PNS yang
baru diangkat di salah satu sekolah di Jakarta, dia terpaksa harus menetap
meskipun hanya tinggal di rumah sewa.
Siang itu cuaca sangat mendung,
menambah bosan suasana rumah.Tika mencoba meraih telpon
gemggamnya,nuuut…nuutt…nuuut..seketika dia merapikan diri dari duduknya ketika
mendengar suara parau dari telpon, matanya berbinar, setetes hangat dari mata
bening jatuh di pipinya yang putih, terdengar suara yang dirindukannya selama
ini, dengan tidak sabar langsung memberondong dengan pertanyaan…” Ayah sehat,
kemana saja ayah, kenapa tiap aku telpon ga diangkat, ayah ga kenapa-napa?”.
Dengan berat hati Tika menyampaikan tidak bisa pulang sampai wabah covid-19
mereda. Terdengar suara bijak menjawab “ Iya..apa nak..tadi ayah ke kamar mandi
dulu, hp ku tinggal di meja.” Sambil
tersenyum mengusap air mata yang telah membasahi pipi, Tika Tika dengan sabar mengulang setiap pertanyaan
kepadanya. Tak terasa satu jam berlalu, ayah dari sana menyampaikan bahwa
memahami keadaanku saat ini, jangan khawatirkan keadaannya, jaga kesehatanmu
nak, baik-baik disana.” Terdengar
menyudahi obrolan. Sambil menyimpan Hp
di meja Tika dalam hatinya berdo’a,” semoga percakapan ini bukan
percakapan terakhir, Tuhan berilah kesempatan agar aku masih bisa bertemu
dengan ayah.” semoga wabah ini cepat berlalu.
Teruntuk Ayahku Tercinta
Komentar
Posting Komentar