Menulis Buku Dari Karya Ilmiah 
Moderator: Ibu Raliyanti
Narasumber : Ibu Noralia Purwa Yunita, M.Pd.
https://eti1972.blogspot.com/?m=1




Malam ini saya sengaja mempersiapkan diri lebih awal, karena ingin sekali mengikuti kelas dari awal. Bukan ingin menulis resume tercepat seperti apa yang dikatakan ibu Maesaroh, M.Pd pada pertemuan ke 4 yang sempat saya ikuti dan hadir. Tetapi karena saya ingin sekali mencoba menulis sampai selesai dari satu pertemuan sehingga tidak tertinggal lagi.

Saya memang ingin sekali menulis tetapi karena faktor usia mungkin yang sudah hampir setengah abad ini, membuat tulisan disetiap pertemuan selalu saja tidak selesai ditulis, sehingga besoknya lagi ketika mau meneruskan materi yang ada di WA sudah tertutup oleh percakapan maupun informasi penyerahan tugas dan lain sebagainya, membuat mata ini lelah menemukan pesan yang dicari.

Kelas dibuka oleh moderator Ibu Raliyanti yang ramah dan memperkenalkan nara sumber yang keren, Guru Muda segudang Prestasi yang telah diraihnya, yaitu Ibu Noralia Purwa Yunita, M.Pd. Sebelum meneruskan saya mengisi absensi yang di share oleh beliau.

Ibu Noralia, M.Pd adalah seorang pengajar di SMPN 8 Semarang, penulis, bloger dan sebelumnya beliau juga adalah peserta kelas belajar menulis PGRI yang bukunya juga tembus di penerbit mayor Andi Offset. Kereenn..

Setelah memperkenalkan diri beliau dengan rendah hati mengatakan “malam ini, saya bukan mengisi materi  namun hanya sebatas berbagi pengalaman tentang bagaimana cara menulis buku dari karya ilmiah”. Padahal bagi kami itu adalah ilmu yang begitu keren  dan sangat bermanfaat.

Beliau adalah alumni kelas menulis dari grup 8, dan semenjak saat itu menyukai dunia kepenulisan dan sering menulis di salah satu rubrik sebuah majalah. Topik mala mini yang beliau bawakan yaitu : Menils Buku dari Karya Ilmiah”.

Mungkin banyak diantara kita sudah akrab dengan yang namanya karya ilmiah atau karya tulis ilmiah, apalagi para mahasiswa yang dituntut untuk bisa menyusun karya tulis ilmiah untuk mencapai gelar sarjananya dengan menulis hasil penelitian yang dikenal dengan nama skripsi. Untuk menyusun skripsi, tesis, atau disertasi pun seorang mahasiswa membutuhkan teknik dan aturan. Hal ini sangat penting karena karya tulis ilmiah yang dihasilkan harus dapat dipertanggungjawabkan keasliannya dan kelogisannya.

Begitu juga dengan seorang yang berprofesi sebagi seorang guru, setelah menjadi guru dan diangkat sebagai PNS harus bisa membuat sebuah karya tulis ilmiah berupa PTK, Best prektis, atau artikel ilmiah untuk memenuhi angka kredit ketika akan mengajukan kenaikan tingkat.

Begitu membutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit entah itu materi, waktu, atau bahkan psikis untuk meyelesaikan sebuah karya ilmiah. Sudah barang tentu sangat disayangkan ketika hasil perjuangan itu setelah selesai hanya disimpan tergeletak di rak buku atau digudang. Alangkah baiknya jika hasil pemikiran itu dapat bermanfaat untuk orang lain atau bisa dijadikan rujukan untuk solusi nyata.

Lantas bagaimana agar karya hasil pemikiran bahkan riset yang telah dilakukan itu agar bisa bermanfaat untuk banyak orang?

Berikut adalah cara yang telah dilakukan oleh ibu Noralia Purwa Yunita, M.Pd yaitu dengan  mengubahnya menjadi sebuah buku.

Ada banyak manfaat mengkonversi karya ilmiah menjadi buku menurut beliau antara lain:

  • Dapat dibaca oleh masyarakat awam
  • Buku dapat diperjualbelikan, jadi ada keuntungan material yang dapat kita peroleh
  • Bagi para ASN, buku dapat dijadikan publikasi ilmiah yang dapat menambah poin angka kredit. Jadi selain mendapatkan poin AK dari laporan PTK, juga akan mendapatkan poin dari publikasi ilmiah berupa buku tadi. Sekali dayung 2 pulau terlampaui.
  • Jika buku hasil konversi karya ilmiah milik kita banyak yang baca, banyak yang beli, ada kemungkinan nama kita sebagai penulis akan dikenal oleh banyak orang, ini juga merupakan keuntungan tersendiri
  • Ilmu yang ada, dapat tersebar bebas tanpa sekat jika sudah diubah menjadi buku

 

Lalu, bagaimana cara mengkonversi karya ilmiah ini menjadi sebuah buku? Karena tentunya sangatlah berbeda antara format penulisan buku dengan format karya ilmiah.

Mari kita simak paparan beliau selanjutnya yang tentunya sudah teruji secara nyata karena kebetulan beliau sedang mengkonversi 2 karya tulis nya yang pernah ditulisnya menjadi sebuah buku. Mudah-mudahan  ini bisa ditiru oleh kita untuk membuat sebuah buku solo.

sebelum beliau memaparkan trik konversi KTI menjadi buku, terlebih dahulu menjelaskan mengenai perbedaan format buku dan KTI pada umumnya.

format buku :

  • judul
  • kata pengantar
  • prakata
  • daftar isi
  • isi buku
  • daftar Pustaka
  • sinopsis
  • profil penulis
  • Boleh ditambah daftar gambar, indeks,

Sedangkan  format KTI  :

  • judul
  • lembar pengesahan
  • kata pengantar
  • halaman persembahan
  • daftar isi
  • pendahuluan
  • tinjauan Pustaka
  • metode penelitian
  • pembahasan
  • kesimpulan
  • daftar Pustaka
  • lampiran

CARA KONVERSI KTI menjadi buku

A. Ubah judul

Biasanya, judul KTI menggunakan bahasa ilmiah,  kaki, dan panjang. Judul buku lebih cenderung menggunakan bahasa populer, santai dan singkat. Paling tidak maksimal 5-6 kata.

Sebagai contoh, judul Skripsi "Efektivitas metode SEM berbasis Mind Map untuk meningkatkan keterampilan pemecahan masalah siswa mata pelajaran Kimia kelas X SMA".

Ketika diubah menjadi judul buku, menjadi :

" Mudah belajar Sains dengan metode SEMMI ".

lebih singkat, padat, namun tidak mengubah arti dari judul karya ilmiah yang telah dibuat

Contoh lainnya:

  • Judul KTI “ Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui model Discovery Learning disertai penerapan pendekatan keterampilan proses di kelas IX” menjadi judul buku “belajar IPA dengan discovery learning berbasis keterampilan proses”
  • Judul KTI “Implementasi Manajemen Kelas Dalam Pembelajaran Al-Qur'an Hadits Pada Madrasah Tsanawiyah Kabupaten Muna” menjadi judul buku “Pembelajaran dan manajemen kelas”.
  • Judul KTI “Upaya meningkatkan pemahaman siswa pada pembelajaran tematik terpadu dengan metode Permainan lompat tali siswa kelas 1 SDN Wonokerto Kabupaten Pasuruan” menjadi judul buku “Serunya belajar MTK dengan Numerasi kelas.

B. Ubah daftar isi

Biasanya untuk beberapa karya ilmiah, daftar isi berupa

BAB 1 Pendahuluan berisi latar belakang masalah, tujuan, manfaat, batasan masalah

BAB 2 landasan teori

Bab 3 metode penelitian yang berisi rumus2 statistika

Bab 4 hasil dan pembahasan

Bab 5 penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

Namun ketika diubah menjadi BUKU, daftar isi menjadi : (ikuti pedoman 2W+1H)

Bab 1 (why) menjelaskan pentingnya, alasan penggunaan metode itu untuk pembelajaran. Masalah pembelajaran Sains selama ini, dll

Bab 2 (What=APA) menjelaskan apa itu, karakteristik, ciri khas, dari metode/media/model yang menjadi fokus dari tulisan.

Bab 3,4,5, dan seterusnya ( How ) menjelaskan bagaimana tahap pembuatan, bagaimana hasil pembuatan, bagaimana penerapannya.

Boleh juga mengembangkan materi dari bab 2 di KTI.

Sebagai contoh jika bab 2 KTI yang merupakan landasan teori ternyata berisi

2.1. hasil belajar

2.2. media pembelajaran

2.3. Modul

2.4. metode pembelajaran

2.5 pembelajaran berbasis riset

ketika menjadi buku dapat dibuat menjadi beberapa bab yaitu Sub bab 2.1. hasil belajar menjadi bab 2 buku. Menjadi:

 Bab 2 TEORI BELAJAR

2.1. belajar

2.2. permasalahan dalam pembelajaran

2.3. Hasil belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya

Sub bab 2.2. media pembelajaran menjadi bab 3 buku

Bab 3 MEDIA PEMBELAJARAN

3.1. Pengertian media

3.2. jenis media

3.3. manfaat media

Sub bab 2.3. modul menjadi bab 4 buku

Bab 4 mengenal modul

4.1.pengertian modul

4.2. karakteristik modul

4.3.sistematika modul

4.4. kelebihan modul dan seter…

C. Berikan pengetahuan baru yang terkait dengan isu sekarang.

Sebagai contoh, mind map dikaitkan dengan tuntutan pembelajaran abad 21 yang mengharuskan peserta didik memiliki kompetensi 4C yaitu Communications, collaboration, creativity, dan critical thinking. Atau dapat juga dihubungkan mind map sebagai sebuah media efektif dalam pembelajaran di masa pandemi yang notabene jam mata pelajaran dipangkas sehingga guru tidak memiliki waktu yang cukup untuk menyelesaikan semua KD yang ada

D. Boleh menampilkan hasil penelitian

Hasil yang ditulis hanya data penelitian yang penting saja. Tidak perlu banyak

E.  Secara kebahasaan dan penyajian

Karya ilmiah versi buku haruslah berbeda dengan versi laporan. Susunan dan gaya tulisan bebas terserah penulis, karena setiap penulis memiliki ide dan kreativitas masing-masing sesuai dengan pengalaman dan bahan bacaannya. Semakin literatnya penulis maka akan semakin oke buku yang dia tulis. Hal ini karena membaca, berpikir dan menulis adalah satu rangkaian literasi yang tidak dapat dipisahkan. Selain itu, kita harus mengupayakan agar pembaca memahami isi buku kita secara lengkap, dan mengena apabila menjadi karya ilmiah kita diubah menjadi buku.

F. Daftar pustaka

Jika menggunakan blog harus dicantumkan situs blog resmi seperti Kemendikbud.go.id, Jurnal ilmiah, e book,,atau karya ilmiah lainnya. Hindari menggunakan daftar pustaka berupa blog pribadi dengan domain blogspot, wordpress, dan lain sebagainya

H. Sesuaikan Dengan aturan Penerbit

Karya ilmiah versi buku minimal 70 halaman format A5 dengan ukuran huruf, jenis huruf, dan margin disesuaikan Dengan aturan Penerbit

I. Teknik parafrasa

Agar tidak dikatakan self plagiarisme, sebaiknya kita tidak hanya sekedar copy paste KTI kita untuk dijadikan buku. Kita tetap menulis ulang setiap kalimat yang ada, namun dengan tidak mengubah arti dari kalimat yang ada di KTI asli.

Jadi membuat  buku dari karya ilmiah bukan berarti hanya mengubah cover dan judul saja sementara isi sama persis dengan KTI yang sudah kita punya. Itu merupakan suatu kesalahan karena akan menjadi self plagiarisme untuk karya kita sendiri. Kita harus mengubahnya sesuai dengan aturan yang ada sehingga KTI versi buku tidak akan sama struktur dan isinya dengan KTI aslinya.

Demikian pemaparan dari beliau yang begitu panjang dan menarik sekali. Agar peserta lebih memahami lebih jelas lagi beliau mempersilahkan dan membuka sesi untuk bertanya jawab.

Setelah moderator membuka kembali kelas ada beberapa pertanyaan dari peserta yang diajukan kepada beliau diantaranya ada yang bertanya mengenai bagaimana cara mengidentifikasi masalah dan rumusan masalahnya?

Beliau pun menjelaskan bahwa untuk identifikasi masalah masuk ke bagian WHY pada penulisan buku. Dapat dijadikan alasan mengapa hal itu dilakukan. Jadi rumusan masalah tidak perlu dituliskan dalam buku.

Beliau juga menambahkan bahwa jika ada KTI yang sudah lama beberapa tahun ingin dijadikan buku bisa saja asalkan daftar Pustaka diperbaharui (minimal 5 tahun terakhir) dan isi dikaitkan dengan kondisi sekarang. Tujuannya agar isi buku lebih kekinian dan menjawab masalah di masa sekarang.

Bukannya tidak menemui tantangan dan hambatan sehingga beliau mencapai kesuksesan seperti sekarang ini, melainkan berkat dukungan dan support keluarga serta kegigihan dalam berkomitmen disiplin pada diri sendiri serta motivasi dari orang-orang hebat seperti Guru bloger seperti Om Jay dan teman-temannya sampai puncaknya mengikuti tantangan menulis duet dengan Prof. Eko.

Bangkitkan kembali NIAT dan motivasi menulis. Berkumpul dengan teman yang punya kesukaan sama bisa memantikkan semangat.

Semoga bermanfaat

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini