Malam ini saya sengaja mempersiapkan diri lebih awal, karena
ingin sekali mengikuti kelas dari awal. Bukan ingin menulis resume tercepat seperti
apa yang dikatakan ibu Maesaroh, M.Pd pada pertemuan ke 4 yang sempat saya
ikuti dan hadir. Tetapi karena saya ingin sekali mencoba menulis sampai selesai
dari satu pertemuan sehingga tidak tertinggal lagi.
Saya memang ingin sekali menulis tetapi karena faktor usia
mungkin yang sudah hampir setengah abad ini, membuat tulisan disetiap pertemuan
selalu saja tidak selesai ditulis, sehingga besoknya lagi ketika mau meneruskan
materi yang ada di WA sudah tertutup oleh percakapan maupun informasi
penyerahan tugas dan lain sebagainya, membuat mata ini lelah menemukan pesan
yang dicari.
Kelas dibuka oleh moderator Ibu Raliyanti yang ramah dan
memperkenalkan nara sumber yang keren, Guru Muda segudang Prestasi yang telah
diraihnya, yaitu Ibu Noralia Purwa Yunita, M.Pd. Sebelum meneruskan saya
mengisi absensi yang di share oleh beliau.
Ibu Noralia, M.Pd adalah seorang pengajar di SMPN 8 Semarang,
penulis, bloger dan sebelumnya beliau juga adalah peserta kelas belajar menulis
PGRI yang bukunya juga tembus di penerbit mayor Andi Offset. Kereenn..
Setelah memperkenalkan diri beliau dengan rendah hati mengatakan
“malam ini, saya bukan mengisi materi
namun hanya sebatas berbagi pengalaman tentang bagaimana cara menulis
buku dari karya ilmiah”. Padahal bagi kami itu adalah ilmu yang begitu
keren dan sangat bermanfaat.
Beliau adalah alumni kelas menulis dari grup 8, dan semenjak
saat itu menyukai dunia kepenulisan dan sering menulis di salah satu rubrik sebuah
majalah. Topik mala mini yang beliau bawakan yaitu : Menils Buku dari Karya
Ilmiah”.
Mungkin banyak diantara kita sudah akrab dengan yang namanya karya
ilmiah atau karya tulis ilmiah, apalagi para mahasiswa yang dituntut untuk bisa
menyusun karya tulis ilmiah untuk mencapai gelar sarjananya dengan menulis
hasil penelitian yang dikenal dengan nama skripsi. Untuk menyusun skripsi,
tesis, atau disertasi pun seorang mahasiswa membutuhkan teknik dan aturan. Hal
ini sangat penting karena karya tulis ilmiah yang dihasilkan harus dapat
dipertanggungjawabkan keasliannya dan kelogisannya.
Begitu juga dengan seorang yang berprofesi sebagi seorang
guru, setelah menjadi guru dan diangkat sebagai PNS harus bisa membuat sebuah
karya tulis ilmiah berupa PTK, Best prektis, atau artikel ilmiah untuk memenuhi
angka kredit ketika akan mengajukan kenaikan tingkat.
Begitu membutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit entah itu
materi, waktu, atau bahkan psikis untuk meyelesaikan sebuah karya ilmiah. Sudah
barang tentu sangat disayangkan ketika hasil perjuangan itu setelah selesai hanya
disimpan tergeletak di rak buku atau digudang. Alangkah baiknya jika hasil
pemikiran itu dapat bermanfaat untuk orang lain atau bisa dijadikan rujukan
untuk solusi nyata.
Lantas bagaimana agar karya hasil pemikiran bahkan riset yang
telah dilakukan itu agar bisa bermanfaat untuk banyak orang?
Berikut adalah cara yang telah dilakukan oleh ibu Noralia
Purwa Yunita, M.Pd yaitu dengan mengubahnya menjadi sebuah buku.
Ada banyak manfaat mengkonversi karya ilmiah menjadi buku
menurut beliau antara lain:
- Dapat dibaca oleh masyarakat awam
- Buku dapat diperjualbelikan, jadi ada keuntungan
material yang dapat kita peroleh
- Bagi para ASN, buku dapat dijadikan publikasi ilmiah
yang dapat menambah poin angka kredit. Jadi selain mendapatkan poin AK dari
laporan PTK, juga akan mendapatkan poin dari publikasi ilmiah berupa buku tadi.
Sekali dayung 2 pulau terlampaui.
- Jika buku hasil konversi karya ilmiah milik kita banyak yang baca, banyak yang beli, ada kemungkinan nama kita sebagai penulis akan dikenal oleh banyak orang, ini juga merupakan keuntungan tersendiri
- Ilmu yang ada, dapat tersebar bebas tanpa sekat jika sudah diubah menjadi buku
Lalu, bagaimana cara mengkonversi karya ilmiah ini menjadi
sebuah buku? Karena tentunya sangatlah berbeda antara format penulisan buku
dengan format karya ilmiah.
Mari kita simak paparan beliau selanjutnya yang tentunya
sudah teruji secara nyata karena kebetulan beliau sedang mengkonversi 2 karya tulis
nya yang pernah ditulisnya menjadi sebuah buku. Mudah-mudahan ini bisa ditiru oleh kita untuk membuat sebuah
buku solo.
sebelum beliau memaparkan trik konversi KTI menjadi buku, terlebih
dahulu menjelaskan mengenai perbedaan format buku dan KTI pada umumnya.
format buku :
- judul
- kata pengantar
- prakata
- daftar isi
- isi buku
- daftar Pustaka
- sinopsis
- profil penulis
- Boleh ditambah
daftar gambar, indeks,
Sedangkan format KTI :
- judul
- lembar
pengesahan
- kata pengantar
- halaman
persembahan
- daftar isi
- pendahuluan
- tinjauan Pustaka
- metode
penelitian
- pembahasan
- kesimpulan
- daftar Pustaka
- lampiran
CARA KONVERSI KTI menjadi buku
A. Ubah judul
Biasanya, judul KTI menggunakan bahasa ilmiah, kaki, dan panjang. Judul buku lebih cenderung
menggunakan bahasa populer, santai dan singkat. Paling tidak maksimal 5-6 kata.
Sebagai contoh, judul Skripsi "Efektivitas metode SEM
berbasis Mind Map untuk meningkatkan keterampilan pemecahan masalah siswa mata
pelajaran Kimia kelas X SMA".
Ketika diubah menjadi judul buku, menjadi :
" Mudah belajar Sains dengan metode SEMMI ".
lebih singkat, padat, namun tidak mengubah arti dari judul
karya ilmiah yang telah dibuat
Contoh lainnya:
- Judul KTI “ Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui model Discovery Learning disertai penerapan pendekatan keterampilan proses di kelas IX” menjadi judul buku “belajar IPA dengan discovery learning berbasis keterampilan proses”
- Judul KTI “Implementasi Manajemen Kelas Dalam
Pembelajaran Al-Qur'an Hadits Pada Madrasah Tsanawiyah Kabupaten Muna” menjadi
judul buku “Pembelajaran dan manajemen kelas”.
- Judul KTI “Upaya meningkatkan pemahaman siswa pada
pembelajaran tematik terpadu dengan metode Permainan lompat tali siswa kelas 1
SDN Wonokerto Kabupaten Pasuruan” menjadi judul buku “Serunya belajar MTK
dengan Numerasi kelas.
B. Ubah daftar isi
Biasanya untuk beberapa karya ilmiah, daftar isi berupa
BAB 1 Pendahuluan berisi latar belakang masalah, tujuan,
manfaat, batasan masalah
BAB 2 landasan teori
Bab 3 metode penelitian yang berisi rumus2 statistika
Bab 4 hasil dan pembahasan
Bab 5 penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
Namun ketika diubah menjadi BUKU, daftar isi menjadi : (ikuti
pedoman 2W+1H)
Bab 1 (why) menjelaskan pentingnya, alasan penggunaan
metode itu untuk pembelajaran. Masalah pembelajaran Sains selama ini, dll
Bab 2 (What=APA) menjelaskan apa itu, karakteristik,
ciri khas, dari metode/media/model yang menjadi fokus dari tulisan.
Bab 3,4,5, dan seterusnya ( How ) menjelaskan
bagaimana tahap pembuatan, bagaimana hasil pembuatan, bagaimana penerapannya.
Boleh juga mengembangkan materi dari bab 2 di KTI.
Sebagai contoh jika bab 2 KTI yang merupakan landasan teori
ternyata berisi
2.1. hasil belajar
2.2. media pembelajaran
2.3. Modul
2.4. metode pembelajaran
2.5 pembelajaran berbasis
riset
ketika menjadi buku dapat dibuat menjadi beberapa bab yaitu Sub
bab 2.1. hasil belajar menjadi bab 2 buku. Menjadi:
Bab 2 TEORI BELAJAR
2.1. belajar
2.2. permasalahan dalam pembelajaran
2.3. Hasil belajar dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya
Sub bab 2.2. media pembelajaran
menjadi bab 3 buku
Bab 3 MEDIA PEMBELAJARAN
3.1. Pengertian media
3.2. jenis media
3.3. manfaat media
Sub bab 2.3. modul menjadi bab
4 buku
Bab 4 mengenal modul
4.1.pengertian modul
4.2. karakteristik modul
4.3.sistematika modul
4.4. kelebihan modul dan seter…
C. Berikan pengetahuan baru yang terkait dengan isu sekarang.
Sebagai contoh, mind map dikaitkan dengan tuntutan
pembelajaran abad 21 yang mengharuskan peserta didik memiliki kompetensi 4C
yaitu Communications, collaboration, creativity, dan critical thinking. Atau
dapat juga dihubungkan mind map sebagai sebuah media efektif dalam pembelajaran
di masa pandemi yang notabene jam mata pelajaran dipangkas sehingga guru tidak
memiliki waktu yang cukup untuk menyelesaikan semua KD yang ada
D. Boleh menampilkan hasil penelitian
Hasil yang ditulis hanya data penelitian yang penting saja. Tidak
perlu banyak
E. Secara kebahasaan
dan penyajian
Karya ilmiah versi buku haruslah berbeda dengan versi
laporan. Susunan dan gaya tulisan bebas terserah penulis, karena setiap penulis
memiliki ide dan kreativitas masing-masing sesuai dengan pengalaman dan bahan
bacaannya. Semakin literatnya penulis maka akan semakin oke buku yang dia
tulis. Hal ini karena membaca, berpikir dan menulis adalah satu rangkaian
literasi yang tidak dapat dipisahkan. Selain itu, kita harus mengupayakan agar
pembaca memahami isi buku kita secara lengkap, dan mengena apabila menjadi
karya ilmiah kita diubah menjadi buku.
F. Daftar pustaka
Jika menggunakan blog harus dicantumkan situs blog resmi
seperti Kemendikbud.go.id, Jurnal ilmiah, e book,,atau karya ilmiah lainnya. Hindari
menggunakan daftar pustaka berupa blog pribadi dengan domain blogspot,
wordpress, dan lain sebagainya
H.
Sesuaikan Dengan aturan Penerbit
Karya ilmiah versi buku minimal 70 halaman format A5 dengan
ukuran huruf, jenis huruf, dan margin disesuaikan Dengan aturan Penerbit
I. Teknik parafrasa
Agar tidak dikatakan self plagiarisme, sebaiknya kita tidak
hanya sekedar copy paste KTI kita untuk dijadikan buku. Kita tetap menulis
ulang setiap kalimat yang ada, namun dengan tidak mengubah arti dari kalimat
yang ada di KTI asli.
Jadi membuat buku dari
karya ilmiah bukan berarti hanya mengubah cover dan judul saja sementara isi
sama persis dengan KTI yang sudah kita punya. Itu merupakan suatu kesalahan
karena akan menjadi self plagiarisme untuk karya kita sendiri. Kita harus
mengubahnya sesuai dengan aturan yang ada sehingga KTI versi buku tidak akan
sama struktur dan isinya dengan KTI aslinya.
Demikian pemaparan dari beliau yang begitu panjang dan
menarik sekali. Agar peserta lebih memahami lebih jelas lagi beliau
mempersilahkan dan membuka sesi untuk bertanya jawab.
Setelah moderator membuka kembali kelas ada beberapa
pertanyaan dari peserta yang diajukan kepada beliau diantaranya ada yang bertanya
mengenai bagaimana cara mengidentifikasi masalah dan rumusan masalahnya?
Beliau pun menjelaskan bahwa untuk identifikasi masalah masuk
ke bagian WHY pada penulisan buku. Dapat dijadikan alasan mengapa hal itu
dilakukan. Jadi rumusan masalah tidak perlu dituliskan dalam buku.
Beliau juga menambahkan bahwa jika ada KTI yang sudah lama
beberapa tahun ingin dijadikan buku bisa saja asalkan daftar Pustaka
diperbaharui (minimal 5 tahun terakhir) dan isi dikaitkan dengan kondisi
sekarang. Tujuannya agar isi buku lebih kekinian dan menjawab masalah di masa
sekarang.
Bukannya tidak menemui tantangan dan hambatan sehingga beliau
mencapai kesuksesan seperti sekarang ini, melainkan berkat dukungan dan support
keluarga serta kegigihan dalam berkomitmen disiplin pada diri sendiri serta
motivasi dari orang-orang hebat seperti Guru bloger seperti Om Jay dan
teman-temannya sampai puncaknya mengikuti tantangan menulis duet dengan Prof.
Eko.
Bangkitkan kembali NIAT dan motivasi menulis. Berkumpul
dengan teman yang punya kesukaan sama bisa memantikkan semangat.
Semoga bermanfaat
Komentar
Posting Komentar